Sunday, December 26, 2010

WASIAT UMAR BIN DZAR

TENTANG RENUNGAN MENGENAI PEMUTUS KENIKMATAN

Dari Nadhar bin Ismail yang berkata: Saya pernah mendengar Umar bin Dzar
[Dia adalah Umar bin Dzar biun Abdillah bin Zaraqah Al-Hamdani Al-Murhabi,
seorang tabi'it tabi'in yang tsiqah, wafat pada tahun 135 H. Riwayat
hidupnya ada dalam "Tahdzibut Tahdzib" (VII:144), "Hilyatul Auliya" (V:108)
dan lain-lain]
berkata:

"Kamu sekalian telah cukup mengerti tentang kematian, maka kamu
menunggu-nunggu kedatangannya siang dan malam:

Mungkin kamu mangkat sebagai seorang yang sangat dicintai oleh keluarganya,
dihormati oleh kerabatnya, dan dipatuhi oleh masyarakatnya, dipindahkan ke
liang yang kering dan batu-batu cadas yang bisu. Tidak ada seorangpun dari
keluarga yang bisa memberikan bantal, kecuali hanya menempatkannya di tengah
kerumunan binatang serangga. Adapun bantal pada saat itu berupa amal
perbuatannya.

Atau mungkin kamu mangkat sebagai orang yang malang dan terasing. Di dunia,
ia telah ditimpa banyak kesedihan, usaha yang dilakukan sudah
berkepanjangan, badan telah kepayahan, lantas kematian tiba-tiba menjemput
sebelum ia meraih keinginannya.

Atau mungkin kamu adalah seorang anak yang masih disusui, orang yang sakit,
atau orang yang tergadai dan tergila-gila dengan kejahatan. Mereka semua
diundi dengan anak panah kematian.

Tidak adakah pelajaran yang bisa dipetik dari perkataan para juru nasihat?!

Sungguh, seringkali saya berkata: "Maha Suci Allah Jalla Jalaluhu. Dia
telah memberi tempo kepada kamu sehingga seakan-akan menjadikan kamu lalai."
Kemudian saya kembali melihat kepemaafan dan kekuasaan-Nya, lantas
berkata: "Tidak, tetapi Dia mengakhirkan kita sampai pada batas ajal kita,
sampai pada hari di mana mata menjadi terbelalak dan hati menjadi kering."

"Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat
kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong."
(Ibrahim:43)

"Ya Rabbi, Engkau telah memberikan peringatan, maka hujjah-Mu telah tegak
atas hamba-hamba-Mu.

Kemudian ia membaca:

"Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu
itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim:
"Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit.""
(Ibrahim:44)

Kemudian ia berkata:

"Wahai pelaku kezhaliman! Sesungguhnya kamu sedang berada dalam masa
penangguhan yang kamu minta itu, maka manfaatkanlah sebelum akhir masa itu
tiba dan bersegeralah sebelum berlalu. Batas akhir penangguhan adalah
ketika kamu menemui ajal, saat sang maut datang. Ketika itu tidak berguna
lagi penyesalan.

Anak Adam ibarat papan yang dipasang sebagai sasaran dari panah kematian.
Siapa yang dipanah dengan anak panah-anak panahnya, tidak akan meleset. Dan
bila kematian itu telah menginginkan seseorang, maka tidak akan menimpa yang
lain.

Ketahuilah, sesungguhnya kebaikan yang paling besar adalah kebaikan di
akhirat yang abadi dan tidak berakhir, yang kekal dan tidak fana, yang terus
berlanjut dan tak kenal putus.

Hamba-hamba yang dimuliakan bertempat tinggal di sisi Allah Ta'ala di tengah
segala hal yang menyenangkan diri dan menyejukkan pandangan. Mereka saling
mengunjungi, bertemu, dan bernostalgia tentang hari-hari mereka hidup di
dunia.

Tentramlah kehidupan merka. Mereka telah memperoleh apa yang mereka
inginkan dan meraih apa yang mereka cari, karena keinginan mereka adalah
berjumpa dengan majikan Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Anugerah.
[Dikeluarkan oleh Abu Nu'aim dalam 'Al-Hilyah' (V:115-116)]


Diketik ulang dari: "Wasiat Para Salaf" Salim bin 'Ied Al Hilali,
Penerjemah: Hawin Murtadho. Penerbit: At-Tibyan, Solo. Cetakan kedua: Juli
2000 M, hal.111-114

No comments:

Post a Comment

mohon tinggalkan komentar anda