Tuesday, December 21, 2010

THALAQ DALAM ISLAM



A.    Pengertian Thalaq dalam Islam

Kata Thalaq berasal dari bahasa ‘Arab yaitu :
طلاق - طلاقات المرأة من زوجها : بانت عن زوجها وتركه فهي طالق, وطالقة أوت الناقة انحلت من عقالها . [1] 
Thalaq artinya terlepasnya seorang wanita dari suaminya, ia lepas dari suaminya dan telah ditinggalkan suaminya. Thaliqan jamaknya adalah Thullaqun dan Thawaliqun jamaknya adalah thawaliqun. Yang membiarkan maksudnya adalah terlepasnya dari orang yang memeliharanya.”
Di dalam Fiqh Sunnah kata Thalaq disebutkan sebagai berikut :
الطلاق مأخوذ من الإطلاق وهو الإرسال و الترك تتول أطلقت الأسير إذا حللت قيده و أرسلته [2]
“ At-thalaq diambil dari kata al-ithlaq, yaitu mengutus dan meninggalkan sesuatu, sebagai contoh engkau berkata : Apakah engkau telah menthalaq tawanan itu ……?. Maksudnya apabila engkau melepaskan ikatannya dan mengutusnya ”.
Abdul Rahman Al-Jaziriy memberikan defenisi thalaq sebagai berikut :
الطلاق إزالة النكاح أو نقصان حله بلفظ مخصوص [3]
“ Thalaq ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi ikatannya dengan menggunakan lafaz tertentu ”.
Adapun defenisi thalaq menurut Sayid Sabiq di dalam Fiqh Sunnah sebagai berikut:
 وفى الشرع حل رابطة الزواج, و إنها إطلاقة الزوجة [4]
“ thalaq menurut istilah syara’ adalah membuka tali pengikat perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri ”.
Sayid Sabiq menitik beratkan bahwa pengertian thalaq itu pada akibat dari thalaq tersebut, yaitu terbukanya kembali ikatan perkawinan serta putusnya (bubarnya) hubungan suami isteri yang sebelumnya telah mereka bina. Mereka tidak lagi terikat dengan kata-kata yang diucapkan suami saat melangsungkan akad nikah. Jadi suami melepaskan isteri dari tanggung jawabnya apakah hal itu dengan lafaz thalaq atau dengan cerai dan juga dengan ucapan yang bertujuan untuk melepaskan isteri.
Sedangkan dalam kitab Al-Mahalliy ada disebutkan defenisi thalaq sebagai berikut :
و شرعا حل قيد النكاح بلفظ طلاق أو نحوه [5]
“ Thalaq menurut istilah syara’ adalah membuka pengikat nikah dengan lafaz thalaq atau yang seumpamanya ”.
Dengan pengertian ini nampaklah bahwa thalaq merupakan suatu ucapan untuk membuka tali pernikahan serta melepaskan isterinya dari tanggung jawabnya.
Di dlam kitab Al-Akhwalusy Syakhsyiah juga ada di sebutkan tentang defenisi thalaq yaitu :
الطلاق فى إصطلاح الفقهاء رفع قيد النكاح فى الحال أو فى المال بلفظ مشتق من مادة الطلاق أو فى معنا ها [6]
“ Thalaq menurut istilah fuqaha adalah mengangkat pengikat nikah pada ketika itu juga atau pada masa yang akan dating dengan lafaz yang di ambil dari kata thalaq atau yang sama dengannya.
Dalam pengertian tersebut jelas bahwa thalaq merupakan sarana (alat) untuk membuka pernikahan. Dalam hal ini cara menjatuhkan thalaq ada dua yaitu langsung atau di tangguhkan untuk masa yang akan datang.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa yang di maksudkan dengan thalaq adalah melepaskan atau membubarkan pernikahan antara suami dan isteri, baik sifatnya langsung pada ketika itu ataupun untuk masa yang akan dating dengan lafaz thalaq atau yang semakna dengannya seperti dengan isyarat atau tulisan.
Setelah penulis mengemukakan pengertian thalaq tentu tidak terlepas dari ayat-ayat yang berkenaan dengan thalaq antara lain :
ß,»n=©Ü9$# Èb$s?§sD ( 88$|¡øBÎ*sù >$rá÷èoÿÏ3 ÷rr& 7xƒÎŽô£s? 9`»|¡ômÎ*Î/ 3 Ÿwur @Ïts öNà6s9 br& (#räè{ù's? !$£JÏB £`èdqßJçF÷s?#uä $º«øx© HwÎ) br& !$sù$sƒs žwr& $yJŠÉ)ムyŠrßãm «!$# ( ÷bÎ*sù ÷LäêøÿÅz žwr& $uKÉ)ムyŠrßãn «!$# Ÿxsù yy$oYã_ $yJÍköŽn=tã $uKÏù ôNytGøù$# ¾ÏmÎ/ 3 y7ù=Ï? ߊrßãn «!$# Ÿxsù $ydrßtG÷ès? 4 `tBur £yètGtƒ yŠrßãn «!$# y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqãKÎ=»©à9$# ÇËËÒÈ  
229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.[7]
Dalam tafsir As-Shabuniy dijelaskan bahwa asbabun nuzul ayat di atas adalah sebagai berikut :
“ Diriwayatkan bahwa orang-orang jahiliah tidak mempunyai bilangan-bilangan thalaq, mereka menthalaq isteri-isterinya dengan sesuka hatinya. Jika masa iddah wanita itu sudah hamper habis, maka dibujukinya lagi. Di zaman Nabi SAW sendiri sudah pernah terjadi seorang suami yang sengaja menthalaq isterinya dengan mengatakan kepada isterinya “aku tidak akan tidur bersamamu tetapi aku tidak akan membiarkanmu lepas”, wanita itu bertanya “apakah maksudmu …?” ia menjawab “ engkau aku thalaq tetapi kalau iddahmu sudah mau habis aku merujukimu lagi, lalu wanita itu melaporkan akan hal ini kepada Nabi maka turunlah ayat ini.[8]
Uraian diatas meberi pengertian bahwa thalaq yang di syari’atkan Allah ialah thalaq yang dilakukan suami tidak sekaligus dan suami boleh rujuk kembali kepada isterinya setelah thalaq yang pertama. Demikian pula halnya dengan thalaq dua, hak untuk rujuk hanya terdapat dalam thalaq satu dan dua saja.
Hal ini di dasarkan kepada Firman Allah dalam surat Al-baqarah sebagai berikut :
 فإن طلقها فلا تحل له من بعد حتى تنكح زوجا غيره فإن طلقها فلا جناح عليهما أن يتراجعها أن ظنا أن يقيما حدود الله تلك حدود الله يبينها لقوم يعملون (البقرة : 23)
“ Kemudian jika suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua) maka perempuan itu tidak halal lagi baginyahingga ia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawn kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hokum-hukum Allah. Itulah hokum-hukum Allah yang diterangkan –Nya kepada kamu yang mau mengerti ”.[9]
Ayat di atas menjelaskan bahwa suami yang telah menthalaq isterinya dengan thalaq tiga, maka suami tidak boleh rujuk lagi kecuali setelah bekas isterinya itu kawin dengan laki-laki yang lain kemudian menceraikannya dan telah habis masa iddahnya.
Firman Allah pada surat At-Thalaq yang berbunyi sebagai berikut :
$pkšr'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# #sŒÎ) ÞOçFø)¯=sÛ uä!$|¡ÏiY9$# £`èdqà)Ïk=sÜsù  ÆÍkÌE£ÏèÏ9 (#qÝÁômr&ur no£Ïèø9$# (     
Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu……[10]
Berdasarkan pengertian ayat di atas dapat dikemukakan bahwa suami sebaiknya menthalaq isterinya dalam keadaan suci, sehingga tidak menyakiti bagi isterinya dengan bertambah lamanya masa iddah.
Setelah penulis mengemukakan beberapa ayat mengenai thalaq, penulis berikut mengemukakan beberapa hadist yang berkenaan dengan thalaq antara lain :
Sabda Rasulullah SAW :
عن ابن عمر رضى قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : " أبغض الحلال إلى الله الطلاق ( رواه ابن ماجه ) [11]
 “ dari ibnu Umar RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : perbuatan halal yang paling di benci oleh Allah ialah thalaq ”.
Sabda Rasulullah SAW :
و عن أبى هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ثلاث جدهن جد و هزلهن جد النكاح و الطلاق و الرجعة ( رواه الأربعة إلا النسائى ) [12]
 “ Dari abi Hurairah RA ia berkata : bersabda Rasulullah SAW : tiga perkara kesungguhannya dianggap sungguh dan olok-oloknya dianggap sungguh, yaitu nikah, thalaq dan rujuk ”.
Berdasarkan beberapa ayat dan hadits yang penulis kemukakan di atas kiranya sudah cukup jelas tentang pengertian thalaq dalam Islam.   

B.     Macam-macam Thalaq

Macam-macam thalaq dapat ditinjau dari berbagai segi sebagai berikut :
1.      Ditinjau dari segi waktu menjatuhkannya, maka thalaq dapat dibagi menjadi tiga macam sebagai berikut :
a.       Thalaq Sunniy
الطلاق السنى هو الطلاق فى حدود التى وضعها الشارع [13]
“ Thalaq sunniy ialah thalaq pada ketentuan yang di gariskan oleh syara’ ”.

Firman Allah pada surat At-Thalaq :
$pkšr'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# #sŒÎ) ÞOçFø)¯=sÛ uä!$|¡ÏiY9$# £`èdqà)Ïk=sÜsù  ÆÍkÌE£ÏèÏ9
“ Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu iddah mereka”.[14]
Maksudnya apabila kita hendak memceraikan isteri, maka hendaklah diceraikan menjelang iddahnya. Dikategorikan thalaq itu sebagai thalaq sunniy apabila memenuhi empat syarat sebagai berikut :
أولا : أن تكون المرأة مد خولا بها فإن لم تكن مد خولا بها فإن طلقها لا يوصف بكونه سنيا ولا بدعيا
الثانى : أن تكون ممن يعتد بالإقراء فاما إذا كان يائسه أو صغيرة لا تحيض أو كان حاملا أو طلب أن يخالعها وهي حائض فإن طلقها لا يوصف بكونه سنيا أو بدعيا . و ذلك لأن عدتها معروفة لا شباه فيها لأن الصغيرة و اليائسه تعتد بثلاثة أشهر و الحامل تعتد بوضاح الحمل
الثلاث : أن يكون طلاقها فى طهر بأن ينطلق بالطلاق قبل أن ينزل بها الحيض فإذا إنقطع الدم من الحيض و دخل رمن السنة و إن لم تغتسل
الرابع : أن تكون الطلاق فى طهر لا وطء فيه ولا وطء فى الحيض الذى قبل الجواز الحمل و لم يظهر حملها فيقع الندم [15]
Artinya :
Pertama     : bahwa isteri yang di thalaq itu sudah pernah dicampuri, maka jika belum pernah dicampuri, thalaq tersebut tidak disifati dengan thalaq sunniy dan tidak pula dengan thalaq bid’iy.
Kedua       : bahwa isteri yang di thalaq adalah yang beriddah quru’, adapun yang putus haid atau yang hamil atau isteri yang meminta agar suami menthalaqnya dengan thalaq khulu’ sedangkan ia dalam keadaan haidh, maka thalaqnya tidak disifati dengan thalaq sunniy dan tidak pula dengan thalaq bid’iy, karena iddahnya telah diketahui dan tiada keraguan padanya. Sebab anak kecil dan yaisah iddahnya dihitung tiga bulan serta orang hamil iddahnya hingga ia melahirkan kandungannya.
Ketiga       : bahwa iddah thalaq itu pada masa suci, artinya suami mengucapkan thalaq itu sebelum datangnya haid isteri, apabila telah berhenti darah haid, maka masuklah masa sunniy walaupun isteri belum mandi janabah.
Keempat    : bahwa thalaq itu di jatuhkan pada waktu suci, belum dicampuri sebelumnya dan tidak pula dicampuri waktu haid sebelum suci itu, karena adanya kemungkinan isteri hamil kendatipun belum jelas kehamilannya, karena akan membawa penyesalan.
b.      Thalaq Bid’iy
Thalaq bid’iy yaitu thalaq yang dijatuhkan di luar ketentuan sunnah, seperti seorang suami menthalaq iaterinya dengan thalaq tiga sekaligus atau seorang suami menthalaq isterinya yang sedang nifas atau pada masa suci tetapi sudah dicampurinya pada masa suci itu.
Dalam hal thalaq bid’iy ini para ulama mengatakan hukumnya sesuai dengan yang di kemukakan berikut ini :
واجمع العلماء على أن الطلاق البدعى حرام و ان فاعله إثم و ذهب جمهور العلماء إلى أنه يقع[16]
Para ulama telah ijmak bahwa thalaq bid’iy hukumnya haram dan pelakunya berdosa. Dan menurut pendapat jumhur ulama bahwa thalaq bid’iy itu juga sebagai thalaq”.

c.       Thalaq bukan sunniy dan bukan bid’iy
Thalaq bukan sunniy dan bukan bid’iy ialah thalaq yang tidak termasuk katagori thalaq sunniy dan tidak pula termasuk katagori thalaq bid’iy, contohnya ialah :
1)      Thalaq yang dijatuhkan terhadap isteri yang pernah dicampuri
2)      Thalaq yang dijatuhkan terhadap isteri yang belum pernah haid atau isteri yang telah lepas haid.
3)      Thalaq yang dijatuhkan terhadap isteri yang sedang hamil.
2.      Ditinjau dari segi tegas dan tdaknya kata-kata yang dipergunakan sebagai ucapan thalaq, maka thalaq dapat dibagi menjadi dua macam, sebagai berikut :
a.       Thalaq sharih, yaitu thalaq dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan tegas, dapat difahami sebagai pernyataan thalaq atau cerai seketika di ucapkan, tidak mungkin difahami yang lain.
DR. Ahmad Hasyry di dalam kitabnya Al-Akhwalusy Syakhsyiah memberi defenisi thalaq sharih sebagai berikut :
صريح الطلاق هو ما يكون بلفظ لا يستعمل إلا فى حل قيد النكاح وهو لفظ الطلاق [17]
“ Thalaq sharih adalah thalaq dengan suatu lafaz yang tidak dipakai kecuali untuk memutuskan akad nikah yaitu dengan mengggunakan lafaz thalaq ”.
Adapun lafaz yang disamakan dengan lafaz sharih selain kata-kata thalaq terdapat beberapa pendapat :
Al-Imam Asy-Syafi’iy mengatakan bahwa kata-kata yang dipergnakan untuk thalaq sharih ada tiga, yaitu thalaq, firaq dan sharah. Ketiga kata ini disebutkan di dalam Al-qur’an dan Al-hadits.
Sedang Imam Malikiah membatasi lafaz yang dianggap sharih kepada empat lafaz :
الطلاق صريح الفظه أربعة وهو مخصور فى هذه الألفاظ دون غيرها من الفاظ وهى طلقت و انا طالق منك و أنت طالق و أنت مطلقة [18]
“ Thalaq sharih lafaznya ada empat dan hanya terbatas yang empat yaitu : thalaqtu, ana thaliqun minka, anta thaliqun dan anta muthallaqatun ”.
Apabila suami menjatuhkan thalaq terhadap isterinya dengan thalaq sharih, maka menjadi jatuhlah thalaq itu dengan sendirinya sekalipun tidak diniatkan.
b.      Thalaq kinayah, yaitu dengan mempergunakan kata-kata sindiran atau samar- samara.
DR.Ahmad Hasyry memberikan defenisi thalaq kinayah sebagai berikut :
و الكناية هى كل لفظ يحتمل الطلاق و غيره و لم يتعارف فى استعمال قصره على الطلاق [19]
“ Thalaq dengan kinayah adalah setiap lafaz yang memungkinkan diartikan dengan thalaq atau selain thalaq dan biasanya tidak terbatas penggunaannya pada thalaq saja ”.
Golongan Malikiy dan Syafi’iy berpendapat bahwa thalaq kinayah idak dianggap shah kecuali dengan adanya niat, sekalipun yang mengucapkan tadi berkata dengan lafaz yang jelas. [20]
Adapun golongan Hanafiy berpendapat bahwa thalaq dengan kata-kata sindiran hanya jatuh apabila niatnya begitu tetapi juga dapat dianggap menunjukkan kepada arti thalaq dengan memperhatikan kepada keadaan-keadaannya ketika kata-kata sindiran itu diucapkan.[21]
3.      Ditinjau dari segi ada atau tidaknya kemungkinan bekas suami merujuk kembali bekas isteri, maka thalak dibagi menjadi dua macam sebagai berikut :
  1. Thalaq raj’iy, yaitu :
الطلاق الرجعى هو الطلاق الذى يوقعه الزوج على زوجته التى دخل بها حقيقة[22]
“ Thalaq raj’iy ialah thalak yang dijatuhkan suami terhadap isteri yang telah dikumpulinya secara hakikat.
As-Shiba’iy dalam kitabnya Al-Akhwalusy Syakhsyiah mengatakan bahwa thalaq raj’iy adalah thalaq yang untuk kembalinya bekas isteri kepada suaminya tidak memerlukan pembaharuan akad.[23]
Thalaq raj’iy hanya terjadi pada thalaq yang pertama dan yang kedua saja, berdasarkan Firman Allah SWT sebagai berikut :
ß,»n=©Ü9$# Èb$s?§sD ( 88$|¡øBÎ*sù >$rá÷èoÿÏ3 ÷rr& 7xƒÎŽô£s? 9`»|¡ômÎ*Î/ 3 Ÿ
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik ”.[24] 
  1. Thalaq ba’in, yaitu thalaq yang tidak memberi hak merujuk bagi suami terhadap bekas isterinya, untuk mengembalikan bekas isterinya ke dalam ikatan perkawinan dengan bekas suami harus melalui akad nikah yang baru.
Sayid Sabiq di dalam Fiqh Sunnah memberikan defenisi thalaq ba’in sebagai berikut :
الطلاق البائن هو الطلاق المكمل للثلاث و الطلاق قبل الدخول و الطلاق الخلع[25]
“ Thalaq ba’in yaitu thalaq yang ketiga kalinya, thalaq sebelum isteri dikumpuli dan thalaq dengan tebusan oleh isteri kepada suaminya ”.
Thalaq ba’in ada dua macam, yaitu :
1)      Thalaq ba’in shughra, yakni thalaq ba’in yang meghilangkan pemilikan bekas suami terhadap bekas isteri tetapi tidak menghilangkan kehalalan bekas suami untuk kawin kembali dengan bekas isterinya, sebagai contoh ialah thalaq sebelum dukhul, thalaq khulu’ dan thalaq karena aib.
2)      Thalaq ba’in kubra, yakni thalaq ba’in yang menghilangkan pemilikan bekas suami atas isterinya serta menghilangkan kehalalan bekas suami untuk kawin kembali dengan bekas isterinya kecuali setelah bekas isterinya kawin dengan laki-laki lain, telah bercampur dengan suami kedua itu serta telah bercerai secara wajar dan telah selesai menjalani masa iddah.
Thalaq ba’in kubra terjadi pada thalaq yang ketiga. Hal ini sesuai dengan Firman Allah yang berbunyi :
فإن طلقها فلا تحل له من بعد حتى تنكح زوجا غيره........ (البقرة : 23)
“ Kemudian jika suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua) maka perempuan itu tidak halal lagi baginyahingga ia kawin dengan suami yang lain ”.

4.      Ditinjau dari segi shighat yang dipergunakan maka thalaq dapat dibagi kepada tiga macam :
  1. Thalaq munjiz, yaitu :
ما قصدبه ائقاع الطلاق فورا [26]
“ suatu lafaz yang maksudnya menthalaq dengan segera, contohnya : engkau terthalaq”
Barang siapa yang menjatuhkan thalaq seperti ini, maka jatuhlah thalaq seketika itu juga.
  1. Thalaq mudhaf, yaitu :
ما كان صيغته مضاف إلى زمن مستقبل  [27]
“ suatu lafaz yang shighatnya disandarkan pada masa yang akan datang, contohnya : engkau besok atau minggu depan aku thalaq ”.
Dalam kitab “Pedoman Hukum Syar’iy” dijelasjakan sebagai berikut :
“ mengatakan kepada isteri :engkau terthalaq sampai satu tahun lagi, tiada terthalaq isteri sebelum penuh waktu yang disebutkan itu. Faham ini disetujui oleh Ahmad. Kata Abu Hanifah dan Malik : terus di ketika itu juga isteri terthalaq” [28]   
  1. Thalaq mu’allaq, yaitu :
ما يراد ايقاع الطلاق على صيغة مخصوص كقول الرجل لزوجته ان أخرجت من المنزل فا نت طالق   [29]
“ Suatu kehendak menjatuhkan thalaq dengan shighat tertentu seperti ucapan suami kepada isterinya : jika engkau keluar dari rumah ini maka engkau terthalaq ”.
Sedangkan di dalam buku “Hukum Perkawinan Dalam Islam” karangan Prof.DR.H.Mahmud Yunus, juga ada dikemukakan contoh dari thalaq mu’allaq yaitu sebagai berikut :
“ Apabila aku tidak memberi nafkah kepada isteriku si ……tiga bulan berturut-turut dan ia tidak rela maka jatuhlah thalaqku atas isteriku itu ”.
Tentang ini telah sepakat ulama mengatakan jatuh bila hal yang telah diucapkan telah terjadi dan tidak ada perselisihan mereka itu.[30]   


[1] Lowis Ma’luf, Al-Munjid, Al-Katholikiah, Berirut, tt. Hal.480
[2]  Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid VI, Darul Kitab Al-Araby, Beirut, 1977, hal.241  
[3]  Abdul Rahman Al-Jaziriy, al-Fiqhu ‘Ala Mazahibil Ar-ba’ah, Jilid IV, al-Maktabah at-Tijariah, Mesir, tt, hal. 228
[4] Sayid Sabiq, Loc.cit.
[5] Al-Mahalliy, Hasyiatani, Jilid III, Darul Ihya’  Al-kutub Al-“arabiy, tt, hal. 325
[6] Muhammad Abu Zahrah, Al-Akhwalusy Syakhsyiah, Darul Fikriy Al-‘Arabiy, Beirut, 1957,
hal.279
[7] Departemen Agama RI. Al-qur’an dan Terjemahnya, PT Bumi Restu, Jakarta, 1976/1977, hal.35
[8] Muhammad ‘Ali As-Shabuniy, Tafsir Ayatul Ahkam, Alih Bahasa Muhammad Hamidiy, PT.BIna Ilmu, Surabaya,1973, hal.262
[9] Departemen Agama RI, Op.cit, hal. 55
[10] Ibid, hal. 945
[11] Muhammad Bin Ismail Al-Kahlaniy, Subulussalam, Jilid III, Dahlan Bandung, tt, hal. 168
[12] Ibid, hal.169
[13] H.Hamdan Abbas, Diktat Fiqh Munakahat, Fakultas Syari’ah IAIN-SU Medan, 1973, hal.25
[14] Departemen Agama RI, Op.cit, hal.945
[15] H.Hamdan Abbas, Loc.cit.
[16] Sayid Sabiq, Op.cit, hal.59
[17] DR.Ahmad Hasyry, Al-Akhwalusy Syakhsyiah, Maktabah Kulliah Azhariah, Mesir, tt, hal.374
[18] Ibid, hal. 356
[19] DR.Ahmad Al-Hasyry, Op.cit, hal.426
[20] Sayid Sabiq, Opcit, hal.28
[21] Ibid
[22] Ibid
[23] As-Shiba’iy, Al-Akhwalusy Syakhsyiah, Darul Fikri Al-Arabiy, tt, hal.248
[24] Departemen Agama RI, Op.cit, hal.55
[25] Sayid Sabiq, Op.cit, hal.84
[26] H.Hamdan Abbas, Opcit, hal.54
[27] Ibid
[28] Muhammad Hasbiy As-Shiddiqiy, Pedoman Hukum Syar’iy. Pustaka Islam, Jakarta, 1956, hal.146
[29] H.Hamdan Abbas, Loc.cit
[30] Prof.DR.H.Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, PT Rida Karya, Jakarta, 1983, hal.130

No comments:

Post a Comment

mohon tinggalkan komentar anda