Wednesday, March 23, 2011

Mengapa Takut Tantangan?‎

Dalam sebuah pelatihan kepemimpinan, seorang instruktur mengajukan sebuah kasus ‎yang kelihatannya sederhana kepada para peserta. Andaikan Anda seorang nelayan ‎‎(modern) yang harus berminggu-minggu di tengah laut menangkap ikan, apa yang akan ‎Anda lakukan agar sesampainya di darat ikan hasil tangkapan tetap segar? Beberapa ‎peserta nampak tergugah dan terjadilah dialog yang makin lama makin seru dengan ‎instruktur pelatihan. ‎

‎"Masukkan saja ikan-ikannya dalam freezer,"‎
‎"Itu telah dilakukan. Tapi kesegarannya tetap akan berkurang, karena ketika sampai di ‎darat ikan telah mati cukup lama," ‎
‎"Kalau begitu, supaya tetap hidup, perlu disediakan semacam tangki air untuk ‎menyimpan ikan," ‎
‎"Itu pun telah dilakukan. Tapi karena terlalu lama berada dalam tangki, ikan-ikan itu ‎tetap saja mati atau lemas dan tidak segar lagi ketika dijual ke konsumen. Padahal ‎konsumen menginginkan ikan yang masih segar,"‎

Menit-menit berlalu, tak satu solusi pun tampak sesuai sasaran. Akhirnya instruktur ‎memberikan suatu jawaban yang cukup mengejutkan, yang tak pernah terpikirkan sedikit ‎pun di benak peserta, mungkin juga Anda.‎

‎"Solusi yang pernah dicoba dan ternyata berhasil adalah memasukkan seekor ikan hiu ke ‎dalam tangki ikan,"‎

Peserta nampak keheran-heranan mendengar solusi yang bagi mereka tak masuk akal itu.‎

‎"Bukannya ikan hiu itu justru akan memakan habis ikan-ikan lainnya?"‎
‎"Ya, memang ada ikan yang dimakan ikan hiu itu, tapi jumlahnya sangat sedikit. Ikan-‎ikan lainnya tetap hidup sampai saatnya tiba di darat dan dijual ke konsumen dalam ‎keadaan tetap segar,"‎
‎"Mengapa demikian?"‎
‎"Jawabannya adalah karena ikan-ikan itu mendapat tantangan dengan dikejar-kejar ikan ‎hiu. Ternyata dengan adanya tantangan, kemampuan ikan dalam mempertahankan ‎kelangsungan hidupnya semakin tinggi. Ikan-ikan tersebut justru mampu bertahan hidup ‎lebih lama dengan adanya ikan hiu di sekitar mereka. Itulah hukum alam."‎

‎***‎

Ilustrasi di atas dapat dianalogikan pada manusia. Kita akan menjadi manusia yang ‎lemah, malas bekerja keras bahkan segan beribadah, dan cenderung santai jika tidak ‎mendapat tantangan yang besar dalam hidup ini. Tantangan akan meningkatkan ‎kecerdasan, kompetensi atau kemampuan diri dalam berusaha menyelesaikan masalah. ‎Bayangkan bila kita tidak merasa ditantang, kita tidak akan pernah terlatih untuk ‎menghadapi masalah, apalagi mau menyelesaikannya. Namun demikian, kadang kala ‎sebuah tantangan bisa menjadi suatu hambatan untuk maju, manakala kita tidak berani ‎menghadapinya, sehingga menjadikan kita seorang looser. Dalam kasus di atas ibaratnya ‎ikan kecil yang kurang gesit, sehingga dapat dimakan oleh ikan hiu. ‎

Sesungguhnya Allah lah yang menciptakan tantangan kepada manusia di dunia ini dan ‎sekaligus menyediakan balasannya (reward and punishment), sebagai sarana peningkatan ‎kualitas ketaqwaan. Kadar tantangan-Nya sudah ditakar sangat akurat sesuai dengan ‎kemampuan kita masing-masing, sebagaimana tercermin dalam QS. Al Baqarah 286: ‎‎"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia ‎mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari ‎kejahatan/tindakan buruk) yang dikerjakannya".‎

Kemampuan dalam menghadapi masalah sebagian besar tidak kita dapatkan di bangku ‎sekolah. Sekolah hanya mengajarkan alat dan metoda yang bisa kita gunakan untuk ‎menyelesaikan masalah. However, a man behind the gun will mostly determine to win a ‎war, kemampuan kitalah yang lebih menentukan. Kemampuan akan lebih meningkat jika ‎kita terus mengasahnya di dunia nyata (pekerjaan, rumah tangga, lingkungan sosial). ‎Semakin kita berhasil melewati tantangan akan menumbuhkan semangat baru untuk ‎menyelesaikan tantangan-tantangan berikutnya

Suatu ketika umat Islam mendapat sebuah tantangan. Pada saat itu Rasulullah SAW dan ‎kaum muslimin dikepung oleh pasukan kafir yang bersekutu sehingga jumlahnya berlipat ‎ganda dalam perang Ahzab. Namun ketika sedang memecahkan batu dan menggali parit ‎perlindungan, tiba-tiba dengan izin-Nya Rasulullah SAW mendapat 'gambaran' mengenai ‎masa depan Islam. Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW mengatakan:‎

‎"Allahu Akbar! Aku telah dikaruniai kunci-kunci istana negeri Persi, dan nampak olehku ‎dengan nyata istana-istana negeri Hirah begitu pun kota-kota maharaja Persi dan bahwa ‎umatku akan menguasai semua itu. Allahu Akbar! Aku telah dikaruniai kunci-kunci ‎negeri Romawi, dan tampak olehku dengan nyata istana-istana merahnya, dan bahwa ‎umatku akan menguasainya." Pada saat itu Persi dan Romawi adalah dua imperium besar ‎yang mengelilingi jazirah Arab dan menjadi simbol kekuatan tak terkalahkan selama ‎berabad-abad.‎

Ini adalah sebuah tantangan Allah yang digulirkan oleh Rasulullah kepada kaum ‎Muslimin. Dengan lecutan tantangan ini, Rasulullah dan para sahabatnya kembali ‎bersemangat dan berhasil memenangkan perang Ahzab (Khandaq) walaupun jumlah ‎pasukannya sangat sedikit. Dan tantangan yang dikatakan Rasulullah dalam hadits ‎tersebut juga menambah semangat syiar Islam dan kelak berhasil diwujudkan pada masa ‎Khulafaur Rasyidin dan Kekhalifahan Utsmaniyah. Begitulah, apa yang pada masa itu ‎tampaknya tidak mungkin terjadi, pada kenyataannya bisa terwujud di kemudian hari.‎

Suatu tantangan tidak harus datang dari luar, namun kita bisa menciptakannya dari diri ‎kita sendiri. Tantangan dalam pekerjaan, keluarga, ataupun dakwah dapat diwujudkan ‎sebagai suatu target pencapaian yang harus dibuat lebih tinggi dari kondisi sekarang. ‎Jangan pikirkan itu sesuatu yang tidak bisa dicapai. Justru dengan tingginya suatu target, ‎kita menjadi terpacu untuk lebih maju, bekerja lebih keras dan berfikir lebih kreatif. ‎Tentu saja suatu target apakah akan dapat terwujud, tertunda untuk sementara waktu, atau ‎bahkan tidak terwujud itu merupakan hak prerogatif Allah semata. ‎

No comments:

Post a Comment

mohon tinggalkan komentar anda